^^ Episode
kedua bercerita tentang nasib cinta Yeon Woo, Lee Hwon dan Yang Myung menuju
masa depan, berbeda pada episode pertama. Episode kedua ini berfokus pada kisah
mereka yang mulai beranjak remaja serta persahabatan dan perkenalan pemain
lainnya. ^^
Diistana,
Lee Hwon sangat senang dan juga terkejut melihat payung merah miliknya jatuh
dan melayang terbang seperti tertiup angin ketanah. Hwon mendekati paying itu
dan mengambilnya. Namun kasim Hyung dan para pelayan Lee Hwon panik menyebutnya
“Mul…… itu mul geo” yaitu benda yang dirasuki oleh roh. “Mungkinkah… kita bisa
bertemu lagi” Hwon berharap dalam hati.
Sementara
itu Yeon Woo yang sedang duduk didepan halaman rumahnya memikirkan teka-teki
surat dari Lee Hwon, ia tiba-tiba mendengar suara jatuh dan tawa manusia, ia
pun melihat kehalaman sekelilingnya bertanya-tanya pada dirinya mungkinkah ada
seorang pembunuh yang dikirimkan untuk membunuh dirinya. “mungkinkah seseorang
mengirim pembunuh kemari” gumamnya panic. Dari kejauhan ia melihat sebuah batu
tergeletak diatas dinding pagar rumahnya, ia berjalan kearah sana dimana tempat
tersebut sebelumnya tempat Pangeran Yang Myung duduk dan menonton apa yang
dilakukan Yeon Woo. Yeon Woo mendekati dan meraih batu tersebut.
perlahan
Yeon Woo membaca tulisan yang tertera pada batu itu “Batu pemecah masalah”
Yeon
Woo mulai membaca surat “adakah hal-hal yang mengganggu pikiranmu dan membuatmu
tidak bisa tidur. Cobalah bicara pada batu ini dan lihat apa yang terjadi. Batu
ini adalah batu pemecah masalah. Batu ini bisa menghilangkan kecemasan dan
semua masalahmu, jadi kau seharusnya sudah bisa tidur sekarang. Kupersembahkan
batu ini sebagai hadiah dari perjalananku”.
“Dia
akan pergi lagi?” gumam Yeon Woo sangat kesal. Sepertinya dia tahu siapa orang
yang meletakkan batu dan surat tersebut.
Sementara
itu, Yeom dan Woon berlatih pedang di sisi halaman lain. Biar ga’ bingung Yeom yang pakaiannya berwarna merah muda sementara
Woon yang pakaiannya berwarna biru (keduanya terlihat mirip sekali). Diam-diam Seoul
bersembunyi dibalik dinding memperhatikan keduanya berlatih pedang dengan
cemas. Tentu saja seoul melihat hal itu dengan dua alasan yaitu berkeinginan
berlatih bela diri dan melihat Yeom.
Woon
dengan mudah mengalahkan pedang Yeom, Seoul sangat antusias menonton mereka
berlatih. Sekilas Woon melirik ke arah seoul dan mengetahui bahwa seoul sedang
memperhatikan mereka. Yeom dengan cepat mempergunakan kesempatan itu untuk
menyerang Woon. Woon membalas serangan Yeom dengan cekatan dan akhirnya bisa
mengalahkan Yeom. Seoul mengeluh, mengapa Yeom kalah?
Setelah
menjatuhkan Yeom, Woon menoleh kearah Seoul. Seoul buru-buru menutupi wajahnya
dan segera pergi dari tempat itu. Yeom mengakui keunggulan keterampilan bermain
pedang Won dan berpikir bahwa ia harus lebih sering berlatih lagi. Yeom bangkit
“Kemampuanmu sangat luar biasa” Yeom memuji Woon. “Dibandingkan denganmu,
kemampuan pedangku sama sekali tidak ada apa-apanya. Aku sudah berlatih
beberapa tahun tapi tetap tidak ada peningkatan.”
“Anda
baik-baik saja, Tuan muda” Woon memanggil Yeom dengan sebutan tuan muda (karena
Woon berasal dari keluarga bangsawan namun starta rendah).
“Bisakah
kau tidak memanggilku ‘Tuan Muda’ ?” Yeom menegurnya agar tidak menyebutnya
seperti itu.
Yeom
mendesah bahwa ia merindukan Yang Myung malam ini dan bertanya-tanya apakah ia
baik-baik saja, dan Yeom meminta agar Woon tidak terlalu menanggapi tuan muda
dengan begitu hormat.
“Ngomong-ngomong, kenapa pangeran Yang Myung tidak datang
kemari?, aku sudah merencanakan pertuman ini, tapi dia tetap saja tidak datang.
Jika pangeran Yang Myung masih di sini, hari-hari kita pasti tidak akan pernah
tenang”.
Tiba-tiba Yang Myung sudah
berada diatas dinding halaman dan turun tiba-tiba berjalan merayap kebelakang
mereka dengan tersenyum. Woon menyadari kedatangan Yang Myung. Yang Myung
memberi isyarat agar Woon tetap diam dan membiarkan Yeom terus bicara. Yang Myung
selalu hidup bersama mereka, meskipun begitu kehadiran Yeom dan Woon tetap saja
membuat hatinya merasakan kesepian.
“Sekarang
hanya tinggal kita berdua dan aku merasa sedikit kesepian”. Yeom terus
mengoceh.
“jika
aku tahu kau akan merindukan aku seperti ini, aku tidak akan pernah pergi”.
Yang Myung membalas ocehan Yeom. Yeom menoleh dengan kaget saat mengetahui Yang
Myung telah datang dengan tiba-tiba. “Pangeran Yang Myung”. Serunya.
Yang
Myung memeluk Yeom dengan bersemangat mengatakan kalau ia tahu Yeom juga
merindukannya, dan sengaja datang kesini untuk menemuinya langsung dari
perjalanan pertama keliling dari luar istana, Yang Myung mengucapkan selamat
pada Yeom karna telah menjadi sarjana.
“Heo Yeum-ku tersayang” serunya seraya
memeluk Yeom. “selamat atas kelulusanmu diujian Negara!”.
Setelah
puas memeluk Yeom, Yang Myung berpaling pada Woon, yang sejak tadi hanya
melihat mereka berdua dalam diam. “Kim Je Woon” Seru Yang Myung ceria.
Yang
Myung kemudian hendak meraih Woon untuk berbagi kebahagiaan atas pertemuan
mereka, Yang Myung melompat kearah Woon, namun dengan gesit dan tetpap tenang
Woon bergeser satu langkah dari tempatnya untuk menghindari pelukan Yang Myung.
Yang Myung terhenti tidak dapat meraih Woon, dia hanya memeluk angin. Yeom
tersenyum tertahan.
Yang
Myung cemberut berpura-pura kesal karna Woon tidak begitu semangat
(bersikap dingin) saat bertemu dengannya, jadi ia mengatakan kalau ia hanya
setengah-setengah mengucapkan selamat pada Woon yang telah menjadi seorang
sarjana bela diri.
“Ehem..”
Yeom berdehem sambil cemberut. “kau sangat tidak menarik”.
Yeom
berusaha mengalihkan perhatian. “Apakah perjalananmu menyenangkan?” tanyanya.
“Lebih
dari menyenangkan” jawab Yang Myung ceria sambil merangkul kedua sahabatnya
tersebut. Mereka berjalan bersama dan masuk kedalam untuk minum dan mengganti
waktu yang tertinggal.
Ketika
Yeom bertanya mengapa Yang Myung datang terlambat, Yang Myung pelan menjawab
bahwa dia harus pergi mengunjungi orang pertama yang paling berharga baginya.
Yang Myung bercanda dan meraih tangan Yeom untuk meminta pengampunan,bahwa ia
telah menemukan seseorang yang lebih ia cintai dari Yeom.
“karena kau tidak
muncul, maka kami menunggumu” ujar Yeom pada Yang Myung. “Aku pergi dulu untuk
menemui orang yang penting, jadi aku sedikit terlambat”. Jawab Yang Myung.
“Maafkan aku” Yang Myung menarik tangan Yeom untuk meminta maaf. “Aku punya
seseorang yang lebih aku cintai daripada kau”.
Yeom melongo seraya melepas
tangannya dari genggaman Yang Myung. “dalam waktu singkat, kau sudah memiliki
seseorang di hatimu?” tanyanya. “kenapa aku tidak pernah mendengarmu
menyinggung hal itu? Kau tidak memanjat dinding lagi kan?” Yeom bertanya
nyerocos.
“Aku
adalah seorang pangeran, mana mungkin aku memanjat dinding untuk mengintip
wanita” Jawab Yang Myung untuk menutupi kecurigaan Yeom. “di luar fakta bahwa
dia itu adikmu, mana mungkin aku melakukannya”. Yeom menghela nafas terlihat
kesal.
Yang
Myung mengingatkan bahwa masih ada jarak antara dirinya untuk menjaga Yeon Woo
bahkan masih sangat muda. “walaupun adikku masih kecil, namun tetap saja pria
dan wanita itu berbeda”. Katanya. “Bukankan terakhir kali kau melihatnya, kau
sangat kesal? Kenapa kau masih saja menemuinya?”.
“Aku tahu.. aku tahu” potong
Yang Myung. “Aku mengerti dengan jelas jadi jangan bahas itu lagi. Kau cerewet
sekali”. Yang Myung cemberut mengatakan kalau ia harus bisa menyelinap masuk
untuk mengintip Yeon Woo ketika ia merindukannya.
Woon
tersenyum tipis melihat tingkah kedua sahabatnya.
“Kau
lihat itu?” Seru Yang Myung pada Yeom. “Dia tersenyum. Balok es ini tahu juga
cara tersenyum. Ini sebuah fenomena unik yang yang hanaya bisa kau lihat sekali
seumur hidup!”
Yeom
masih tetap ngambek dan tidak terpengaruh.
“Jika
kau masih berani memanjat dinding dan mengintip adikku lagi, aku tidak akan
tinggal diam”. Ujar Yeom kesal. “Aku mengerti” seru Yang Myung.
Yang
Myung mengalihkan alur pembicaraan dan kemudian mengeluarkan dua buah hadiah
untuk sahabatnya. masing-masing mendapat satu buah batu yang ia sebut batu
ajaib yang telah diberkati. Yang Myung menginginkan agar mereka terus membawa
batu tersebut agar mereka terus mengingat dirinya.
“Aku punya hadiah untuk
kalian berdua” sambil mengeluarkan dua buah batu dan meletakkannya di meja.
“ini adalah jimat yang akan membawa keberuntungan untuk kalian di masa depan”.
Ujarnya. “Batu-batu ini dinamakan batu Mistis. Apa kalian sudah pernah dengar?”
Woon
mengambil batu tersebut dan melihatnya bahwa batu tersebut sangatlah berat jika
dibawa kemana-mana. Yang Myung berpikir sesuatu dan mengeluarkan sebuah batu
lagi untuk Woon yang lebih kecil dari batu pertama. “suatu saat nanti kalian
berdua akan menjadi bawahan putra mahkota” ujar Yang Myung dengan tersenyum
sendu-sedih.
Mereka
menatap Yang Myung dengan rasa sedih, Yeom meletakan batu tersebut dan Won juga
turut menurunkan batunya dengan wajah muram.
“kenapa dengan ekspresi kalian”
Tanya Yang Myung, berusaha kembali terlihat ceria. Yang Myung menutupi
kesedihannya dengan terlihat gembira dan tersenyum mengatakan kepada mereka
agar bahagia karna mereka telah mendapatkan posisi pada Pemerintahan.
“Jika
kalian sudah menempati posisi kalian, kita tidak akan bisa berkumpul dan minum
seperti ini lagi”. Yang Myung mengajak kedua sahabatnya untuk bersulang. Yang
Myung tersenyum pahit, namun ekspresinya terlihat sedih.
Raja
dan para pejabat mengadakan pertemuan. Raja menerima daftar atas calon pejabat
baru yang telah diangkat untuk istana, dan berencana untuk menjadikannya
sebagai guru baru untuk Lee Hwon. Hwon berganti pakaian pada hari itu dan kasim
Hyung Sun masuk membacakan nama dari daftar pejabat baru. Lee Hwon jengah
mendengar daftar tersebut mengatakan kalau ia sudah tahu nama-nama yang tertera
pada daftar itu hingga ia membacakan nama-nama tersebut, kasim Hyung Sun
melongo karna Lee Hwon terlihat sudah hafal. Sementara Kasim Hyung Sun belum
selesai membacakan nama daftar calon yang berpotensial untuk mendampingi Lee
Hwon sebagai gurunya.
Hwon
bertanya-tanya siapa orang yang akan dipilih untuk menjadi guru barunya. “Ayo
kita lihat berapa lama guru ini akan bertahan” Tantang Hwon.
Lee
Hwon merenung jika Ratu Yon sama sekali tidak memberikan keinginan yang ia
harapkan. Kasim Hyung Sun ingin membahas siapa orang yang lebih potensial
menjadi gurunya, namun Lee Hwon mengatakan kalau ia sama sekali tidak peduli
siapa orangnya karna mereka semua sama yang ditempatkan oleh menteri Yoon Dae
Hyung untuk mengajar pendidikan yang sama.
Dan
Lee Hwon gembira mulai merencanakan tujuan satu-satunya yaitu menyingkirkan
satu dari mereka yang menjadi gurunya. Ya, kehidupan seperti neraka. Dia akan
melampiaskan kekesalannya pada setiap guru barunya.
Rupanya
Lee Hwon sudah terkenal untuk hal ini, dan saat Lee Hwon berjalan keluar menuju
ruang belajar, para dayang yang menonton Lee Hwon berjalan keruang belajarnya,
bertaruh pada salah seorang temannya tentang berapa lama Lee Hwon akan membuat
guru tersebut disana dan akan membuat mereka terus berhenti, lagi dan lagi. Para
dayang menunduk member hormat ketika Hwon berjalan melewati mereka menuju ruang
belajar. Salah satu dari para dayang bergumam “kira-kira sampai kapan guru baru
itu bertahan”. “Aku bertaruh dia tidak akan bertahan lebih dari satu bulan”.
Jawab teman dayang itu.
Yeom
berjalan melewati para dayang menuju ruang belajar. Dia terlihat bersinar
terang mempesona dan terlihat begitu tampan yang menyebabkan para dayang
ternganga dan bahkan ada satu dayang yang pingsan karna melihat keindahannya.
Hwon
menunggu guru barunya datang dengan wajah kesal.
“Yang
Mulia, guru anda sudah datang” seru Kasim Hyung dari luar ruang belajar. Pintu
terbuka.
Yeom
memasuki ruang belajar dan sopan memberi salam memperkenalkan dirinya pada
Putra Mahkota Lee Hwon sebagai guru baru untuknya.
“saya
diperintahkan untuk memberikan pengajaran kepada Anda. Nama saya Heo Yeom”.
Yeom bersujud member hormat pada Hwon.
Hwon
bersikap biasa, acuh dan tanpa menatap yeom. Ia membolak balikan buku halaman.
Dan ketika Lee Hwon mengangkat kepalanya untuk melihat Yeom, mulutnya ternganga
dan terperanjat melihat Yeom yang bersinar terang.
Pada
saat yang sama Yeon Woo tahu dari ibunya bahwa kakaknya Yeom akan menjadi guru
baru untuk Putra Mahkota. Keduanya terlihat bersama-sama sedang menyulam. Mereka
mendiskusikan bagaimana Yeom akan mengajari Putra Mahkota dari sekarang. Yeon
Woo merasa terganggu akan hal itu dan tanpa sengaja jarinya tertusuk oleh jarum
sulamannya.
Ibu
Yeon Woo segera melihat luka itu dan memastikan bahwa luka tersebut hanya luka
ringan. Yeon Woo khawatir dan bertanya-tanya apakah Lee Hwon akan tahu jika
dirinya adalah adik Yeom yang menjadi guru untuknya. Yeon Woo kemudian teringat
ucapan dirinya pada Hwon ketika itu yang mengatakan padanya bahwa ia datang
kesana untuk menghadiri upacara kakaknya.
Hwon
berdiri dan bertanya berapa umur Yeom? Yeom mengatakan kalau ia berumur 17
Tahun. Dan Hwon berpikir jengkel jika Yeom terlalu muda dan tidak memiliki
kekuatan yang serius berada dibelakangnya. Pada dasarnya Lee Hwon
mengamsumsikan bahwa Yeom adalah kaki tangan dari menteri Yoon Dae Hyung. “jadi
kau baru berumur 17 tahun?” Tanya Hwon sambil tertawa merendahkan. “dengan umur
yang begitu muda, kau pasti memiliki orang di belakang yang punya kekuasaan
tinggi”. sementara Yeom bingung dengan apa yang dipikirkan Hwon.
Di
sisi lain, Ratu Yoon / ibu suri sangat marah mendengar menteri Yoon Dae Hyung membiarkan
Heo Yeom menjadi guru baru (mentor) untuk putra mahkota, dimana ia berpikir
Yeom menyelinap masuk pada celah-celah jajaran tersebut dan Yeom bukanlah salah
satu orang dari mereka untuk mengajar Putra Mahkota. “Tidak tahukah kau bahwa
posisi itu sangat penting?!” serunya pada Yoon Dae Hyung.
Dae
Hyung meyakinkan Ratu mengatakan kalau Heo Yeom pasti tidak akan bertahan lama
menjadi tutor Lee Hwon. Dan dia meyakinkan jika Yeom hanyalah seorang anak muda
yang tidak memiliki kekuatan apapun. “Ia adalah putra dari pejabat kepercayaan
raja!!”. Seru ibu suri. “kau masih tidak bisa melihat maksud yang mulia? Yang
mulia ingin memperoleh kekuatan yang lebih besar lagi!”. Ibu suri takut kalau
Yeom bisa meluluhkan Hwon.
Perkiraan
ibu suri benar. Raja memiliki ide tersendiri, dimana ia menginginkan Yeom
datang sebagai teman dan guru untuk Hwon pada usia yang sama.
Lee
Hwon terlihat mondar-mandir dan sangat marah mengetahui guru barunya terlihat
sangat muda, dan Kasim Hyun Sung datang terburu-buru setelah melakukan latar
belakang pemeriksaan tentang Yeom. Ia telah mengumpulkan semua informasi
tentang Yeom dan melaporkannya pada Lee Hwon. Ternyata Yeom adalah sarjana yang
terkenal (dianggap sempurna) dalam penampilan, perilaku, dan belajar. Dan dia
adalah idola bagi setiap sarjana.
Kilas balik :
Yeom juga terkenal disungkyuwnkwan, ia berjalan menuju pada sarjana dengan
sinar cahaya yang keluar dari tubuhnya bahkan saat berjalan mendekati para
Sarjana sungkyuwnkwan. Para siswa tersebut segera berdiri untuk memberikan
tempat duduk mereka pada Yeom. Dan seorang pelayan wanita begitu menyukai Yeom
memberikannya nasi yang jauh lebih banyak dari siswa lain. Yeom melongo heran, sementara
para siswa lain melihatnya dan pelayan wanita tersebut tersipu malu kepadanya.
Dan
ketika Yeom berjalan-jalan bersama para siswa, semua orang termasuk para wanita
berhenti dan menatap kearahnya. Dan ketika seorang siswa memukul Yeom dari
belakang yang ingin mengajaknya bertengkar hingga Yeom terjatuh, lalu Yeom
berdiri dan menatapnya, ia malah terpesona oleh keindahan Yeom dan berbalik
ingin menjadi sahabatnya. Yeom juga mempelajari semua pelajaran dengan nilai
yang sangat baik, dan dia juga seorang pria jenius sejatinya.
Hal
itu ternyata membuat Lee Hwon semakin marah, mendengar kasim Hyun Sung
membicarakan Yeom seperti orang yang sempurna. Dia teriak kesal dengan hal itu
dan menatap tajam kasim Hyun. “Tutup mulutmu!” teriak Hwon. “Aku tidak mau
melihatmu. Cepat pergi”. Kasim Hyung menunduk mengerti jika ia dihukum dan
berbalik menatap kedinding.
Malam
itu Yeom belajar dikamarnya untuk sesi studi pelajaran malam mereka, suara Yeon
Woo terdengar dari luar dan meminta bertemu dengan Yeom. Yeon Woo lalu masuk
dan menjelaskan kenapa ia datang keruang belajar istana tersebut. Yeon Woo
melihat bahwa wajah Yeom memperlihatkan bahwa ia memiliki sedikit kekhawatiran
dibenaknya. Apakah Putra Mahkota menyebabkan masalah pada Yeom? Yeon Woo
bertanya apa masalahnya,dia ingin membantu kakaknya.
“kakak,
wajahmu penuh kekhawatiran. Adakah sesuatu yang terjadi di sana? Apakah yang
mulia menyebabkan masalah untukmu?”. Tanya Yeon Woo penuh perhatian.
“bukan
begitu. Yang mulia memberiku tantangan”. Jawab Yeom.
“Tantangan
Apa?. Mungkin aq bisa membantumu” Tanya Yeon Woo penasaran.
“Kelihatannya
putra mahkota salah paham padaku” ujar yeom. “aku tidak tahu bagaimana caranya
membuka hati putra mahkota yang tertutup rapat. Bukan hanya itu, ia juga tidak
bisa menerima orang semuda aku sebagai gurunya”. Yeom mengakui bahwa Putra
Mahkota tampak tidak menyukainya dan Yeom bingung tidak tahu bagaimana ia bisa
mendapatkan kepercayaan dari Putra Mahkota.
“itu
bukan salah kakak!” seru Yeon Woo. “itu karena……….”
“mungkin
itu karena aku”. Gumam Yeon Woo dalam hati. Menyimpulkan sendiri.
Melihat
Yeon Woo, Yeom menjadi cemas. “ini salahku hingga kau menjadi khawatir”.
Yeon
Woo bertanya apakah kakaknya menginginkan bantuan darinya untuk mendapatkan
kepercayaan dari Hwon? Yeom tersenyum dan bertanya apakah Yeon Woo memiliki ide
untuk itu?
“Kakak
ingin memperoleh hati putra mahkota, bukan?” Tanya Yeon Woo.
“Apa
kau punya ide?” Tanya Yeom balik.
Hari
berikutnya, Yeom dan Hwon belajar dalam keheningan. Hwon membaca pelajarannya
sendiri, seolah serius dengan buku yang ia baca. Hwon terus menatap kearah buku
sementara Yeom menunggu Hwon dengan sabar dan akhirnya bangkit menyatakan bahwa
pelajaran hari ini telah berakhir. Hwon mengatakan kalau Yeom orang yang tidak
tahu malu karna ia mengambil upah dari hal ini sementara Yeom sama sekali tidak
melakukan pengajaran apapun.Yeom mengatakan jika Hwon lah yang tidak siap untuk
belajar. Yeom memberikan pertanyaan pada Hwon apakah dia mau menerima
teka-teki darinya sebagai pengganti pelajaran berikutnya.
Jika
Hwon dapat memecahkan teka-teki tersebut,maka Yeom berjanji akan mengundurkan
diri dari posisinya sebagai guru. Namun jika Hwon gagal, maka Hwon harus
menepati janjinya menghormati dia sebagai guru dan bersedia untuk belajar.
“Pelajaran
kita berakhir disini” kata Yeom.
Hwon
menghela nafas “kau sangat memalukan. Kau tidak mengajariku apa-apa, tapi kau
menerima gaji”. Cerocos hwon.
“Itu
karena aku merasa yang mulia belum siap menerima pelajaran yang akan
kuberikan”. Jawab Yeom. “Jadi, sebagai ganti pelajaran hari ini. Bolehkah aku
menghadiahkan Anda sebuah teka-teki?”.
“Teka-Teki?”
jawab Hwon heran.
“Benar”.
Jawab Yeom. “Jika Anda berhasil menebak teka-teki ini aku akan memenuhi
permintaan yang mulia dan mundur sebagai guru Anda. Tapi jika yang mulia tidak
bisa menebak jawabannya, yang mulia harus belajar dan menunjukkan sikap dengan
baik”.
Hwon
setuju dan siap menerima tantangan tersebut.
Yeom
mengungkapkan teka-tekinya “apa yang bisa membuat dunia terang dalam satu
waktu, dan gelap di saat yang lain?”.
Hwon
mencemooh bahwa jawabannya sangatlah mudah dan tersenyum mengatakan bahwa
mereka tidak akan bertemu lagi untuk pertemuan belajar berikutnya. Yeom
mengatakan hal itu tidak sesederhana dengan apa yang dipikirkan Hwon. Mendengar
hal itu, Hwon mencoba menggertak mengatakan kalau ia belum bisa menjawab
teka-teki Yeom dengan segera beralasan bahwa ia sedang mendapatkan perintah
untuk membaca buku tentang pegunungan dan ia meminta pada Kasim Hyun Sung untuk
membawa semua buku tersebut kekamarnya agar bisa ia memahaminya
“Itu
adalah teka-teki yang terlalu mudah” jawab Hwon dengan angkuh.
“Ku
rasa itu bukan teka-teki yang sederhana” kata Yeom. “Ku harap yang mulia akan
memberi jawabannya saat pembelajaran kita selanjutnya”
“dan
saat itu juga aku tidak akan pernah melihat wajahmu lagi”. Ujar Hwon angkuh.
Adik
Pangeran Hwon yaitu Putri Min-Hwa terlihat sedang berjalan melewati taman dan
melihat kasim Hyun Sung membawa tumpukan buku menuju kekamar kakaknya. Min-Hwa
segera berlari kekamar kakaknya untuk mencari tahu apa yang terjadi. Ia melihat
Hwon yang terlihat belajar dengan keras. Putri Min Hwa ingin tahu apakah Hwon
sedang dihukum oleh ayah mereka dan memintanya untuk terus belajar.
“Kakak”
seru Min-Hwa. Melihat kakaknya membaca banyak buku di ruang belajarnya.
“wuaahhh... Jadi
kau mulai tertarik untuk belajar? Bagaimana kau bisa menyelesaikan buku
sebanyak ini?”.
Hwon
mengatakan padanya untuk segera pergi.
“Aku
tidak punya waktu untuk bermain denganmu, Min-Hwa” Ujar Hwon kesal.
“kenapa
denganmu, kakak?” karena Hwon malas menjelaskan, akhirnya Min-Hwa berbalik
menatap Kasim Hyun Sung , dan bertanya apa yang sedang ia lakukan. Kasim Hyun
Sung bicara seolah pasrah mengatakan kalau ia sedang dihukum berbalik menatap
dinding, mendengar hal itu. Putri Min-Hwa berpikir jika hal itu terasa sangat
menyenangkan.
Kasim
memberitahu putri Min-Hwa bahwa Hwon sedang mencoba memecahkan teka-teki. Putri
Minhwa bertanya-tanya pada kasim tentang teka-tekinya.
“teka-teki
apa? Katakana padaku” Tanya Min-Hwa penuh harap dan antusias.
Kasim
menggeleng lemah menolak memberitahukan apa teka-tekinya. Tapi melihat wajah
Putri Min-Hwa yang ingin menangis membuat kasim Hyun Sung kasihan sehingga
mengatakan teka-teki itu kepadanya. (Biasa,
jurus andalan putri Min-Hwa, apalagi kalo bukan “Menangis dan meraung
sekuat-kuatnya” hahahaaa.. Upss :D)
Kasim
berbisik di telinga Min-Hwa “Apa yang bisa membuat dunia terang dalam satu
waktu, dan gelap di saat yang lain”.
Minhwa
mencoba menebak-nebak, dan ia mengatakan jika jawabannya adalah kelopak mata, karna
dengan satu blink maka dunia akan menjadi terang, dan sebaliknya. Kasim Hyun
Sung mengangguk setuju jawaban Mi-Hwa.
“Mungkinkah
kelopak mata” Tanya Min-Hwa. “Jika kau memejamkan mata seperti ini, dunia akan
gelap. Dan jika kau membuka mata seperti ini, dunia akan menjadi terang”.
Hwon
mendengar jawaban Minwa dan mencemooh bahwa Mi-Hwa terlalu berpikir sesederhana
itu.
“Ck..ck..ck..
cara berpikirmu cara berpikirmu terlalu sederhana” Kata Hwon dengan pandangan
kesal.
Minhwa
mendesis kesal dan kemudian pergi meninggalkan Hwon.
Hari
berikutnya, Hwon memberikan jawabannya pada Yeom bahwa jawabannya adalah
Politik.
“jawabannya adalah Politik dari pengadilan
kerajaan, keputusan yang dibuat oleh mereka yang memerintah dapat membawa dunia
kedalam cahaya ataupun kegelapan". Hwon menjelaskan panjang lebar.
Secara kebetulan, saat itu Raja dan para mentrinya sedang berada di luar.
Ia melewati ruang belajar dan mereka
mendengar diskusi Yeom dan suara Hwon.
Yeom
mengatakan pada Hwon jika jawabannya tidak benar.
“Maafkan
aku, tapi jawaban Anda tidak sama denganku” kata Yeom.
“Jawabanku
salah?” Tanya Hwon.
“Benar”
ucap yeom.
“Lalu,
apa jawaban yang benar?” Tanya Hwon Penasaran.
Yeom
mengatakan jika jawabannya “adalah kelopak mata”
“Jawabannya
adalah………. kelopak mata”. Jawab yeom.
Semua
orang diluar yang mendengarkan percakapan mereka tampak merasa curiga dan
terkejut dengan apa yang mereka lakukan dan mencoba menguping untuk mendengar
jawaban ini tampak konyol. Raja tersenyum tipis.
Pangeran
Hwon marah dan bertanya-tanya kenapa jawaban yang tampak konyol seperti itu
adalah jawaban yang benar.
“Apa
kau mempermainkan aku” seru Hwon kesal tak percaya itu jawabnnya.
“Apa
jika yang mulia tidak menerima jawabanku, maka itu menjadi lelucon” Yeom balik
Tanya.
“Apa”
Hwon terperangah.
Yeom
bertanya pada Hwon “apakah karena jawaban itu tidak ada di buku, maka Anda
menganggap bahwa jawabn itu rendahan” Tanya Yeom dengan tenang. “dari pandangan
anak kecil, semua hal di dunia ini bisa menjadi jawaban. Dalam proses
pembelajaran ada dua hal penting yang harus di ingat. Pertama : kesombonganmu
atas pengetahuan dan yang kedua adalah prasangkamu dalam menetapkan sesuatu.
Kedua hal ini akan menutup mata dan pikiran yang mulia dengan kegelapan”.
Diluar
menteri Heo (Ayah Yeom) menunduk dengan hormat meminta maaf atas ucapan
putranya, namun raja hanya tersenyum, setelah mendengar penjelasan Yeom pada
Hwon dan senang pada alur teka-teki jawaban dari pertanyaan itu.
Kembali
kedalam Yeom menjelaskan pada Hwon ketika mata tertutup bagaimana Hwon bisa
melihat rakyatnya. Dan Yeom menyarankan hal Pertama Hwon harus belajar
bagaimana cara untuk menyesuaikan sikapnya terhadap belajar.
Hwon
kelihatan marah dan tiba-tiba berdiri sambil berteriak memanggil siapa yang
berada diluar. Kasim cepat masuk kedalam. Namun betapa kaget Kasim dan Yeom
ketika Hwon memerintahkan agar kasim Hyun Sung segera menyiapkan makanan dan
minuman teh dipaviliun untuk gurunya.
Hwon
ingin melanjutkan pembicaraan ini bersama guru Yeom diluar, sehingga mereka
bisa mengenal satu sama lain. Hwon memberitahu Yeom bahwa dia berniat ingin
menunjukan pada Yeom bahwa ia adalah siswa yang benar pada gurunya dan meminta
pada Yeom untuk memaafkan atas kesalahannya. Yeom mendongak kaget mendengar
ucapan Hwon tentang keinginannya belajar menjadi seorang Putra Mahkota dan
dengan cepat ia memberi hormat menerima tawaran Hwon.
“Hari
ini aku akan menghormatimu sebagai guru yang hebat” ujar Hwon seraya tersenyum
dan member hormat pada Yeom.
Diluar,
Raja tersenyum senang mendengar bahwa Pangeran telah menemukan guru yang tepat
untuknya “Pada akhirnya dia telah bertemu guru pertamanya yang sejati!”. Hohohooo...dan
mentri Yoon Dae Hyung terlihat tidak begitu senang.
Putri
Min-Hwa tertawa mendengar bahwa saudaranya yang arogan itu mengakui
kekalahannya. Putri Min-Hwa bertekad
untuk bertemu dengan Yeom dan ingin memujinya bahwa dia telah melakukan hal baik.
Juga dia ingin memberitahu pada Yeom bahwa ia telah menemukan jawaban benar
itu.
“Jadi
kakakku si Putra Mahkota yang hebat akhirnya mengibarkan bendera putih pada
guru itu” Tanyanya pada dayang. “kelihatannya guru itu adalah orang yang sangat
menarik. Aku ingin melihatnya dan mengatakan kalau aku menabak jawaban yang
benar”.
Minhwa
berjalan keluar dan lari untuk mencari Yeom dan Hwon. Putri Minhwa melihat
mereka berdua berjalan menuju Paviliun. Dan Min-Hwa tiba-tiba berhenti saat
menatap Yeom. Dia begitu terkesan melihat Yeom dan mencoba menyembunyikan
wajahnya dan tersenyum terkagum-kagum melihat ketampanan Yeom.
Hwon
dan Yeom duduk bersama dipaviliun sambil minum teh. Hwon bertanya bagaimana
Yeom berhasil memberi pertanyaan yang benar hingga ia bersedia memberikan
posisi tersebut pada Yeom. Yeom mengatakan jika keberanian itu ia dapatkan dari
adik perempuannya, yang mendorong Yeom menggunakan ketulusan dan mendapatkan
kepercayaan dari Putra Mahkota dalam jangka panjang. Hwon terkesan dengan
keberanian adik Yeom dan terkejut mendengar jika adiknya baru berumur 13 Tahun.
“Putra
mahkota adalah orang yang bijaksana” Yeom menceritakan kata-kata adiknya, Yeon
Woo. “walaupun ia sekarang salah paham pada kakak, tapi suatu saat nanti ia
akan mengerti kesetiaan kakak”.
“jadi,
orang yang bertanggung jawab atas hari ini bukan Guru Heo, melainkan adik dari
Guru Heo ”. ujar Hwon. Yeom kelihatan cemas.
Hwon
meminta pada Kasim Hyun Sung untuk memberikan Yeom beberapa makanan ringan agar
dibawa pulang dan memberikannya pada adik perempuannya itu.
“kita
harus menikmati manisan ini bersama adikmu”. Kata Hwon. “Kasim Hyung,
bungkuskan beberapa manisan. Aku ingin memberikan hadiah untuk guruku yang
tersembunyi dan bukan untuk Guru Heo”. Yeom hanya tersenyum.
Dalam
perjalanan kembali kebiliknya, Hwon bertanya pada Kasim Hyun Sung tentang
bagaimana seorang gadis berusia 13 Tahun bisa mengatakan sesuatu yang cerdas
dan berani. Kasim Hyun mengatakan jika adik Yeom pasti masih sangat muda dan
kemungkinan hal itu adalah Jawaban Yeom juga karna Yeom lulus ujian sebagai
sarjana teratas. Hal ini tiba-tiba terpikir oleh Hwon tentang pertemuannya
dengan Yeon Woo saat upacara kelulusan sarjana tersebut yang mengatakan
kepadanya bahwa Yeon Woo datang kesana karna ingin menemui kakaknya yang lulus
sebagai sarjana tingkat atas.
“kenapa
kau baru mengatakan ini sekarang”. Seru Hwon kesal pada Kasim Hyung.
Senyum
Hwon mengembang dan terpikir olehnya bahwa ia akan kembali bertemu dengan Yeon
Woo.
Malam
itu Yeom memberikan hadiah dari Hwon untuk Yeon Woo. Ia menggunakan istilah
bahwa oleh-oleh ini sebagai hadiah yang telah menjadikan dirinya sebagai guru
baru untuk Hwon. Yeon Woo pikir jika hadiah itu ditujukan pada Yeom.
Tapi
Yeom menjelaskan jika Hwon memberikan makanan ringan itu sebagai hadiah untuk
Yeon Woo sebagai orang pertama yang telah memberikan Yeom keberanian untuk
menentang dia. Yeon Woo tersipu malu dan tergagap-gagap saat memikirkan bahwa
Putra Mahkota mungkin tahu bahwa orang itu adalah dirinya. Yeon Woo keluar
sambil membawa kotak makanan ringan tersebut yang berisi gula-gula, dia duduk
didepan halaman.
Ketika
ia menatap ke atas melihat bulan, tiba-tiba bunga sakura berjatuhan tepat
disekelilingnya, mengingatkan hal itu pada pertemuan pertamanya dengan Hwon.
Dia
tiba-tiba membayangkan dirinya berbicara dengan Hwon, yang bertanya pada Yeon
Woo apakah dialah orang yang memecahkan teka-tekinya. Yeon Woo bertanya apakah
Hwon benar-benar seorang Putra Mahkota. Hwon balik bertanya apa yang
dipikirkan. Yeon Woo berharap Hwon bukanlah Putra Mahkota.
“Apa
kau sudah berhasil menebak teka-teki yang aku berikan?”. Tanya Hwon.
“Apa
kau benar-benar Putra Mahkota?” Yeon Woo balik bertanya.
“Menurutmu”
pancing Hwon.
“Ku
harap kau bukan”. Tebak Yeon Woo.
Hwon
tersenyum mengatakan pada Yeon Woo untuk makan salah satu gula-gula yang ia
berikan. Yeon Woo kemudian menggigit gula-gula tersebut dan mengatakan pada
Hwon bahwa makanan tersebut lezat. Yeon Woo bertanya padanya apakah Hwon
memaafkan dia dengan memberikan makanan tersebut? Atau dia hanya sedang
mengejeknya lagi. Hwon tersenyum manis dan Yeon Woo terdiam terus menatapnya,
setelah itu bayangan Hwon menghilang dari sisi lamunannya. Yeon Woo menggengam
3helai kelopak bunga sakura yang jatuh ditangannya.
Menteri
Yoon Dae Hyung mengadakan pertemuan dengan rekan-rekan sesama pejabatnya sambil
minum-minum. Mereka mengeluh khawatir akan kekuatan baru yang didapatkan oleh
Menteri Heo (Ayah Yeom), mengingat perkembangan baru dimana dia mendapatkan
kekuatan dari Putranya Yeom sebagai tanda ia mendapatkan kepercayaan dari raja.
Dan
tentunya hal itu akan membatasi mereka melakukan apapun. Dae Hyung menenangkan
mereka dan merasa bahwa ia tidak terancam akan hal itu, ia mengatakan jika
mereka kalah pada satu posisi maka mereka bisa memenangkan pada posisi lainnya.
Dan mereka tidak perlu buru-buru bersikap apapun.
Dae
Hyung berjalan pulang dengan kaki terseok-seok karna mabuk, sesampainya didepan
rumah istri dan Putrinya Bo Kyung menyambut kepulangan Dae Hyung.
Dae
Hyung bertanya pada putrinya Bo Kyung, apakah dia menginginkan masuk keistana, Bo
Kyung balik bertanya benarkah? Dae Hyung mengatakan pada Bo Kyung dia bisa
tinggal disana jika Bo Kyung mau, dan ia dapat dengan mudah membuat hal itu
terjadi. (Tentu saja bukankah Dae Hyung adalah keponakan Ratu dan sekaligus
kaki tangannya, dan hal itu dengan mudah terjadi dimana ia mempunyai kekuatan
dari Ratu.)
“Apa
kau ingin masuk ke istana?”. Tanya Yoon Dae Hyung pada putrinya. “Jika kau mau,
aku bisa membuatmu hidup di sana”. Tambahnya lagi.
“Benarkah”.
Jawab Bo Kyung dengan rasa bingung.
Dia
kemudian menyebut dirinya sebagai bapak mertua dari Putra Mahkota, yang berarti
dia menginginkan putrinya Bo Kyung menjadi Ratu berikutnya.
Keesokan
paginya, Seoul menyertai Yeon Woo pergi ketoko kertas. Yeon Woo ingin membeli
kertas mahal untuk menulis surat permintaan maaf. Seoul bertanya-tanya untuk
apa kertas mahal tersebut, Yeon Woo mengatakan kalau kertas tersebut akan
digunakan untuk menulis surat permintaan maaf.
Seoul
melongo bukankah Yeon Woo seharusnya meminta maaf secara pribadi. Dan
bertanya-tanya kenapa Yeon Woo tidak bisa melakukan hal itu? Yeon Woo menjawab
jika hal itu tidak mudah untuk dilakukan, dan surat tersebut untuk orang
penting. Seoul mencemooh, orang penting siapa itu? Apakah itu untuk Ratunya? Yeon
Woo mengatakan hal itu tidak bisa dilakukan secara langsung karna ia takut Yeom
berada dalam kesulitan.
“kenapa
kau tidak menemuinya saja dan memohon maaf secara langsung?”. Tanya Seoul.
“Dia
buka orang yang mudah untuk ditemui.
Surat ini untuk orang penting”. Jawab Yeon Woo.
“orang
penting siapa itu? Apakah itu untuk ratunya?”. Tanya Seoul dengan polos.
Yeon
Woo hanya diam. Ia lebih mengkhawatirkan kakaknya dibandingakan dirinya
sendiri. Ia takut Hwon melakukan sesuatu pada Yeom.
Seol
mendengar suara pandai besi yang sedang bekerja menempa pedang, tang ting
tung... dan meminta izin pada Yeon Woo bahwa ia ingin keluar sebentar. Seol
berlari dengan semangat pergi kearah pandai besi tersebut.
Yang Myung tiba-tiba
sudah berada ditoko kertas tersebut dan berjalan kearah Yeon Woo, ia bertanya
pada Yeon Woo. Apakah Yeon Woo telah melakukan sesuatu yang salah. Yeon Woo
kaget atas kedatangan Yang Myung.
Sementara
itu Seoul yang begitu bersemangat berlari menuju tempat pandai besi tanpa
sengaja menabrak Bo Kyung yang sedang berjalan bersama pelayannya.
Pelayan
Bo Kyung membantu Bo Kyung berdiri yang mengaduh kesakitan, Seoul Segera
meminta maaf serta berniat membersihkan hanbook Bo Kyung, segera pelayan wanita
Bo Kyung berkata jika tuannya tidak apa-apa serta memarahi Seoul dan berkata
jangan menyentuh dengan tangan kotormu. Disana banyak sekali orang yang
melihat, Bo Kyung terlihat kesal namun Bo Kyung berpura-pura bermurah hati
dengan permintaan maaf Seoul dan membiarkan Seoul pergi.
“Tidak
apa-apa”. Ujar Bo kyung pada pelayannya. “Anak ini tidak menabrakku dengan
sengaja”.
Seoul
merasa sangat cemas.
“Kelihatannya
kau sangat terburu-buru”. Ucap bo kyung. “Aku baik-baik saja. pergilah”.
Seoul
tersenyum lega “Terimakasih nona”. Katanya seraya berlari pergi. Bo kyung
cemberut lagi
.
Bo
Kyung dan pelayannya lalu pergi ke penjual gelang (aksesoris). Tiba-tiba
Pelayan Bo Kyung menyadari bahwa ia kehilangan dompetnya, dan ia mengambil
kesimpulan bahwa Seoul adalah pencurinya. Pelayan Bo Kyung kemudian pergi
mengejar Seoul .
“Nona,
tunggu sebentar disini”. Kata pelayan Bo Kyung.
Bo
Kyung masih ditempat penjual aksesoris dan menemukan bahwa Dompet pelayannya
jatuh ketanah, pelayannya tanpa sadar telah menjatuhkan dompetnya ditempat ia
berdiri tadi. Bo Kyung lalu mengambilnya dan berpikir sesuatu. Ia lalu
tersenyum penuh jahat.
Seoul
menyaksikan pandai besi menempa pedangnya ditempat kerjanya, dengan mata
terbelalak kagum. Seol bertanya padanya apakah pandai besi tersebut membuat
setiap pedang Para Prajurit.
Dan Pelayan Bo Kyung menemukan Seoul dan langsung
menamparnya hingga Seoul terjatuh, menuntut agar seol mengembalikan Dompetnya
segera. Seol menangis mengatakan bahwa ia sama sekali tidak mengambil dompet
apapun darinya.
Bo Kyung tiba disana dan memanggil pelayannya mengatakan kalau
mereka sedang ditempat umum, Seol segera berlutut di depan Bo Kyung memohon
kasihan pada Bo Kyung bahwa ia sama sekali tidak mencuri dompet tersebut. Bo
Kyung berbisik meminta pada Seol untuk membuktikan hal itu dengan tersenyum
penuh arti.
“Hentikan”.
Bo Kyung datang dan menengahi pertengkaran. “Apa yang kalian lakukan? Ini
tempat umum, banyak orang yang melihat!”.
Seoul
datang pada Bo Kyung sambil berlutut “Percayalah nona. Aku sungguh tidak
mencuri”.
“Jadi,
maksudmu kau tidak bersalah”. Tanya Bo Kyung
“Benar”.
Jawab Seoul cepat.
“Kalu
begitu, buktikan bahwa bukan kau pencurinya”. Tantang Bo Kyung sambil tersenyum
penuh arti. Seoul terdiam.
Di
toko kertas, Yang Myung menggoda Yeon Woo ketika sedang memilih kertas surat
yang cocok untuk dia berikan pada Raja. Yang Myung menunjukan pada Yeon Woo
agar tidak membeli kertas motif bunga untuk surat permintaan maaf. Yang Myung
bertanya-tanya apakah surat tersebut diperuntukan pada Raja atau mungkin Putra
Mahkota? Yeon Woo membentaknya mengatakan jika surat tersebut bukan untuk raja,
sehingga Yang Myung menggodanya kembali bahwa Yeon Woo ingin mengirimkan surat
pada Pangeran, dan ia bisa membantu hal itu. Beralasan bahwa ia adalah Hyung
dari pangeran itu, dan tahu apa yang Hwon suka. “Aku adalah kakak Putra
Mahkota”. Kata Yang Myung. “Aku akan membantumu memilih”. Yeon Woo kesal dan
keluar meninggalkan Yang Myung sendiri dari Toko kertas. Melihat Yeon Woo pergi
Yang Myung tersenyum.
Yeon
Woo mengabaikan dia dan terus berjalan keluar. Hujan mulai turun begitu ia
melangkahkan kakinya keluar, dan Yang Myung tiba-tiba muncul lagi kali ini
untuk melindunginya dari hujan dengan lengan dari bajunya.
Yeon Woo melihat
kearahnya, kaget dengan begitu dekatnya wajah mereka. Yang Myung tersenyum, ia
segera membawa Yeon Woo berlari untuk mencari perlindungan.
Yang
Myung membawa Yeon Woo kerumah kaca, dan Yeon Woo melongo terkagum-kagum
melihat tempat itu. Ini pertama kalinya ia melihat tempat seperti itu dan Yeon
Woo merasa senang. Ketika Yeon Woo bertanya siapa yang membangun tempat ini
dimana hanya buku-buku yang begitu banyak berada disini dan tersusun rapi, Yang
Myung mengaku bahwa tempat itu adalah hasil karya salah satu kerabatnya yang
tidak memiliki apa-apa. Seorang pria yang memiliki kemampuan namun sama sekali
tidak memiliki masa depan.
Mendengar
ucapan Yang Myung, Yeon Woo merasa simpatik dan ingat ucapan Hwon kepadanya
yang dengan sedih mengatakan bahwa ia memiliki kakak yang tidak diperbolehkan
untuk membuat sesuatu dari dirinya. Yeon Woo bertanya mengapa Yang Myung belum
pernah berkunjung keakademi belajar dalam waktu yang lama? Yang Myung sama
sekali tidak menjawab pertanyaan Yeon Woo, dan ia segera menunjukan salah
satunya bunga favorit Raja yaitu bunga matahari dan mengatakan pada Yeon Woo
bunga itu untuk menyatakan permintaan
maaf.
“Yang
mulia suka dengan bunga ini” katanya pada Yeon Woo. “bunga ini juga bisa
melambangkan pengakuan keslahan”. Ujarnya.
Yeon
Woo bertanya Raja seperti apa? Yang Myung tersenyum sedih mulai bercerita.
“Orang
seperti apa yang mulia itu?”. Tanya Yeon Woo pada Yang Myung hati-hati. “Aku
ingin tahu”. Tambahnya lagi.
Yang
Myung menggambarkan Raja sebagai seorang yang memiliki otoritas besar yang
sangat terhormat dan berpikir keluar untuk rakyatnya.
“Bagaimana
ya mengatakannya? Dia selalu memikirkan rakyat dan negaranya”. Jawab Yang
Myung. “Dia orang yang sangat ketat, namun juga punya sisi halus”.
kilas
balik :
Yang
Myung teringat ketika Raja selalu memarahinya. Raja menghukum seorang anak
kecil (Yang Myung) karna berani membaca buku-buku besar yang disediakan untuk
Belajar Raja. Bahkan jika raja memiliki kekuasaan tertinggi seharusnya ia mampu
berbuat kebaikan. Ya, pada kilas balik tersebut Raja memperlakukan Yang Myung
dengan kasar dan sebaliknya memperlakukan Hwon dengan manis. Raja memuji Hwon
kecil yang telah melakukan dengan baik saat belajarnya dan Yang Myung kecil
tampak bersedih.
Yeon
Woo bertanya apakah Yang Myung tidak akan kembali keistana, dan kemungkinan
orang-orang menunggunya. Yang Myung bertanya siapa dia? dan Yeon Woo mulai
mengatakan padanya pangeran dan dengan cepat mengatakan Pangeran, Yunno, Pangeran,
Raja dan semua orang. Yang Myung mengatakan pada Yeon Woo bahwa mereka adalah
orang-orang yang sibuk dan mereka tidak akan merasa kehilangan dirinya. Yeon
Woo membentak Yang Myung “Dia merindukanmu!”
“Kau
sudah lama berkelana”. Ujar Yeon Woo. “Tidakkah kau ingin kembali ke Istana?
Orang-orang mungkin merindukanmu” Tanyanya.
“Siapa
yang merindukan aku?”. Yang Myung balik bertanya.
“Pangeran….
Yunno, Pangeran….. Raja dan semua orang”. Yeon Woo berkata terbata-bata lalu
terdiam.
“Mereka
terlalu sibuk dan tidak punya waktu. Mereka tidak akan merasa kehilangan aku”.
Bantah Yang Myung.
Yeon
Woo membentak Yang Myung “Dia merindukanmu!”.
Yeon
Woo berpikir sendiri bahwa Pangeran Hwon begitu ingin bertemu dengannya karna
ia merasa begitu buruk hingga memanjat dinding istana. Yang Myung mendekatkan
wajahnya dekat dengan wajah Yeon Woo dan bertanya siapa? dengan ekspresi
serius. Yeon Woo cepat memalingkan wajahnya mengatakan pada Yang Myung agar
segera kembali keistana.
Yang
Myung tertawa, senang bahwa ia bisa berbicara dengan Yeon Woo cukup lama dan
bisa melihat langsung wajahnya. Dia mengatakan pada Yeon Woo untuk menjaga
dirinya sendiri.
Sementara
itu, Seol dipukuli oleh pelayan pria Bo Kyung hingga berdarah. Pelayan wanita
Bo Kyung menuntut ingin tahu siapa majikan Seoul agar ia bisa menuntut uangnya
kembali. Bo Kyung berada di dalam sebuah rumah sambil membaca buku. Bo Kyung
tampak tersenyum puas. Dia bergumam pada dirinya sendiri bahwa Seol seharusnya
berjalan dengan mata terbuka. Karna dia telah mengotori gaun Bo Kyung dan hal
ini tidak akan membuat Bo Kyung membiarkan Seoul pergi dengan mudah.
“Salah
siapa kau tidak menggunakan matamu ketika berjalan”. Gumam Bo Kyung. “itu
kesalahan yang fatal”.
Seoul
menolak menjawab siapa majikannya, dan ia terus dipukuli karna hal itu tidak
masuk akal.
Yeon
Woo dan Yang Myung pergi ketempat pandai besi untuk menemukan keberadaan Seoul.
Pandai besi mengatakan jika Seoul diseret pergi karena dituduh sebagai pencuri.
Yeon Woo tiba di tempat Bo Kyung dan menemukan Seoul dalam keadan terluka.
“kenapa
kalian memukulinya seperti ini?”. Tanya Yeon Woo dengan nada agak kesal.
Bo
Kyung keluar dari dalam rumah karena mendengar suara Yeon Woo.
Yeon
Woo memperkenalkan dirinya sebagai putri dari kepala pengadilan sarjana dan
mengatakan padanya bahwa hal ini pasti kesalahpahaman, dan Bo Kyung segera
bersikap palsu dan pergi menemui para pelayannya berpura-pura marah bahwa
pelayannya salah telah memukuli Seoul karena ia hanya menyuruhnya mencari
dompet bukan memukul. Namun salah seorang pelayan Pria Bo Kyung bicara “tapi
bukankah anda yang mengatakan pada kami untuk memukulinya”.
Pelayan
wanita Bo Kyung dengan cepat mengambil kesalahan Bo Kyung dengan menutupinya, menyalahkan
atas dirinya yang melakukan pemukulan dan meminta maaf kepada Yeon Woo. Bo
Kyung berjalan mendekati Yeon Woo.
Yeon
Woo menawarkan untuk membayar jumlah uang yang dicuri, namun Bo Kyung menolak
mengatakan kalau ia telah memukulinya (mengajari), sehingga mereka bisa
mempertimbangkan hal itu. Bo Kyung meminta agar Yeon Woo bisa mengerti bahwa ia
merasa sedikit sulit mengajari para pelayan rendahan. Bo Kyung mengatakan kalau
Yeon Woo harus menjual hambanya (seoul) sebelum dia menjadi pencuri yang lebih
besar. Yeon Woo mengatakan pada Bo Kyung jika seoul bukanlah orang yang bisa
diperjual belikan tapi dia adalah teman bagi Yeon Woo juga bagian dari anggota
keluarganya. Dia mungkin tidak tahu berapa banyak Bo Kyung telah kehilangan
uang darinya, namun ia merasa tidak tahan melihat rasa sakit Seol yang
dirasakannya.
“Mendidik
orang rendahan memang tidak mudah”. Kata Bo Kyung pada Yeon Woo. “Sebelum ia
melakukan kejahatan yang lebih besar, lebih baik kau segera menjualnya”.
“Aku
akan mengembalikan uangmu yang hilang”. Yeon Woo berkata dengan tenang.
“Tidak
perlu”. Bo Kyung menolak. “Karena kami sudah menyakiti pelayanmu, ku anggap
kita impas”.
“Nona,
anak ini bukanlah sesuatu yang bisa di beli dan di jual”. Kata Yeon Woo. “Dia
adalah teman dan keluargaku. Bagiku, sama sekali tidak ada perbedaan antara
bangsawan dan rakyat jelata. Yang berbeda adalah sifat dari keduanya. Aku tidak
tahu berapa jumlah uangmu yang hilang, tapi apakah itu setara dengan rasa sakit
di hatinya”.
“Apa
katamu” Bo Kyung terperangah.
Yeon
Woo melanjutkan kata-katanya “ku anggap kau sudah mengampuninya, jadi aku akan
membawanya pulang”.
Bo
Kyung sangat marah mendengar ucapan Yeon Woo (yang terdengar menceramahinya), dan
jelas Yeon Woo telah meninggalkan kebencian pada diri Bo Kyung hari itu. Yeon
Woo kemudian membawa Seol pergi meninggalkan tempat tersebut.
Yeom
kembali keistana dengan memberikan sebuah hadiah dari adiknya Yeon Woo, sebagai
ucapan terima kasih untuk memberikannya cemilan. Hwon membuka kotak tersebut
dengan sangat bersemangat, dan ia menemukan kembali kotak yang sebelumnya ia
kirim. Didalam kotak makanan berisi tanah (seperti pupuk) dan suatu tanaman
(yang bisa hidup didalam ruangan). Hwon bertanya tanaman jenis itu, ia merasa
sangat penasaran dan Yeom mengatakan jika Hwon harus menanamnya untuk tumbuh
agar mengetahuinya. Hwon ingin tahu lebih banyak tentang adik Yeom. Yeom
menjelaskan bahwa ia belajar dengan adiknya setiap malam, ia seperti seorang
sarjana sungkyuwnkwan dan mereka sering berdiskusi (bicara).
Hwon
menutupi kekaguman itu mengatakan bahwa dia begitu terkesan memiliki saudara
yang gemar membaca, bergumam tentang adik nya sendiri yang berpikir mungkin
adik Yeom benar-benar berbeda dengan adiknya Min Hwa.
“Dia
sangat berbeda dengan adikku, Min-Hwa”. Hwon juga bercerita tentang adiknya.
“Dia juga sangat cengeng”.
Putri
Min-Hwa tiba-tiba datang dan masuk berjalan (mungkin mendengar ucapan Hwon)
menemui kakaknya Pangeran Lee Hwon dengan menangis tersedu-sedu, menuduh Hwon
membuat dirinya tampak seperti orang yang tidak berpendidikan. Dia benar-benar
meratap melalui air matanya mengatakan “aku benci orabunni (kata formal untuk
oppa/kakak)” dengan tangisan histeris.
“Aku
benci kakak”. Tangis Min-Hwa meledak.
“Apa
yang kau lakukan ?”. Hwon kaget dengan kedatangan Min-Hwa. “Kenapa kau
menangis”.
“kau
mengatakan hal buruk mengenai aku!”. Min-Hwa Menangis sambil menghentakkan
kakinya ke tanah. “Lebih lagi, kau mengatakannya di depan orang ini”. Ia
menunjuk Yeom.
Ia
menangis dengan menghentakkan kakinya ketanah dan dia berjalan kearah Yeom
sambil memegang wajah Yeom dengan tangannya. (hohohoo.. jurus andalannya keluar
lagi,, eaaaaa :D). Dia menangis bersikeras mengatakan bahwa dia sama sekali
tidak bodoh (bukan orang yang tidak berpendidikan) dan dia bersumpah hal itu.
“Semua
yang dikatakan putra mahkota bohong”. Rengek Min-Hwa Sambil terus memegangi
wajah Yeom. “Aku tidak cengeng. Aku wanita baik”.
Yeom
terkejut, melongo sejenak melihat apa yang dilakukan Min Hwa padanya. Lalu Yeom
melepaskan tangan Min Hwa dari wajahnya dan mengatakan pada Min Hwa bahwa ia
percaya hal itu dan meminta padanya untuk tidak menangis karna hal itu akan
memperlihatkan wajah imutnya terlihat kacau. Dia berhenti dengan tangisannya
dan mulai tersenyum dan bertanya-tanya pada Yeom apakah dia cantik.
“kau...pikir...aku cantik??” Ujar Min Hwa. MinHwa kemudian dibawa pergi oleh
para pelayannya sementara dia terus menatap Yeom saat berjalan keluar dibawa
pelayannya.
“Aku
mengerti.. aku mengerti”. Kata Yeom menenangkan Min-Hwa. “Jangan terlalu marah.
Jika kau menangis terus, pipi cantikmu akan kotor”.
Min-Hwa
langsung berhenti menangis “Aku …. Cantik? Apa aku benar-benar cantik”
Tanyanya.
Yeom
terlihat bingung. Hwon memegang kepalanya melihat tingkah adiknya itu.
Setelah
usai pelajaran, Hwon kembali kekamarnya. Ia kemudian duduk membuka surat yang
ditulis oleh Yeon Woo untuknya, dan ia menemukan kertas surat tercantik yang
pernah ia lihat dimana pada kertas surat tersebut terdapat hiasan bunga yang
sudah dikeringkan. Dia terkejut mengakui bahwa seorang gadis berusia 13 Tahun
bisa menulis surat dengan karakter yang indah.
“Lihatlah
surat ini”. Hwon berbicara dengan Kasim Hyung. “Bagaimana orang bisa percaya
kalau yang membuat ini adalah seorang gadis berumur 13 tahun”
Hwon
membaca surat itu. Isinya adalah sebuah sajak tentang seorang Biksu/Biarawan
yang tinggal dipegunungan yang begitu terpikat pada bulan dimana ia telah
meletakan cahaya bulan dibak mandi miliknya. Surat tersebut seperti puisi oleh
Lee Kyu Bo.
Saat
Hwon membaca surat Yeon Woo dan memperhatikan lukisan-lukisan surat tersebut,
terlihat kilas balik saat Yeon Woo sedang membuat surat tersebut bersama Seoul
yang sedang menaruh bunga-bunga kering saat menulis jawabannya.
“Seorang
biksu yang hidup di gunung, mendambakan sinar rembulan. Ia kemudian melihat
cahaya bulan itu mengambang dalam sebuah botol, kemudian mengisinya. Tapi di
kuil ia menyadari bahwa jika kau membuka botol dan menuang airnya, maka bulan
itu akan menghilang”. Yeon Woo memohon agar Hwon memaafkan kesalahannya dan
melupakan kejadian waktu itu.
Ini
adalah puisi tentang sebuah renungan dimana hal-hal yang telah terjadi tidak
bisa ditentang dari hukum alam. Dia melanjutkan dalam surat tersebut mengatakan
bahwa sinar bulan bukanlah sesuatu yang Hwon dapat miliki karna dia
menginginkannya, tapi karna dia terlalu tamak dan berusaha untuk memilikinya. Dia
mengatakan pada Hwon untuk melupakan apa yang terjadi diantara mereka, karna ia
juga berusaha untuk melakukan hal yang sama. Tidak perlu menjaga seorang gadis
yang berada dibenaknya. Hwon tertawa bahwa Yeon Woo sama sekali belum bisa
melupakannya.
“jadi
ia sudah bisa menebak teka-teki yang kuberikan dan memintaku melupakannya”.
Hwon bergumam dan dia melihat kearah kotak hadiah pemberian Yeon Woo sambil
tersenyum saat ia berpikir untuk dirinya sendiri. “Bagaimana mungkin aku bisa
melupakanmu?”.
Putri
Min-Hwa berjalan untuk menemui Raja (ayahnya) yang berada didalam aula
kerajaan, ia meminta pada Raja untuk belajar membaca dan menulis bersama Putra
Mahkota dengan guru Yeom. Atau lebih tepatnya belajar dengan guru Heo. Raja
terkejut dan merasa senang mendengar Putri Min Hwa ingin belajar. Ia setuju
membiarkan Putri Min-Hwa belajar namun Raja dengan cepat mengatakan bahwa ia
tidak belajar dengan Yeom. Bagi Raja, Yeom semata-mata dipekerjakan sebagai
guru hanya khusus untuk Hwon.
Min
Hwa menangis tersedu-sedu meninggalkan ayahnya karna keinginannya ditolak, ia
kemudian lari.
Di
aula kerajaan, Raja berkumpul bersama para pejabatnya memikirkan pendidikan
tentang Putri Min Hwa. Dan Mentri Yoon Dae Hyung mengatakan bahwa putri Bo
Kyung yang memiliki usia yang sama adalah pilihan terbaik untuk menjaga Putri
Min-Hwa diistana. Raja setuju akan hal itu, namun ia menambahkan bahwa anak
perempuan Putri Menteri Heo Yeon Woo juga harus bersamanya.
Dirumah
Heo Yeon Woo menyampaikan tawaran itu pada Putrinya Yeon Woo, dan meskipun Yeon
Woo ragu-ragu, ia setuju untuk menjadi guru pendamping Putri Min-Hwa. Ayah Yeon
Woo terlihat begitu khawatir terhadap putrinya tentang nasibnya ketika ia
memasuki istana.
Sekarang
dua anak yang ia miliki berada ditempat yang berbahaya. Istrinya memberitahu
padanya agar tidak terlalu berpikir yang berlebihan dan membiarkan mereka yang
hanya anak-anak menjadi anak-anak. Ibu Yeon Woo mengatakan pada suaminya bahwa
seseorang pernah mengatakan padanya tentang Yeon Woo dimasa depan memiliki
nasib yang lebih tinggi, dan orang tersebut akan melindungi Yeon Woo tidak
peduli hal apapun. Ayah Yeon Woo bertanya siapa? dan ibunya hanya mengatakan “seseorang”.
Jang
Nok Young pergi mengunjungi makam sahabatnya Ah-Ri malam itu dan bertanya-tanya
apa yang bisa ia lakukan untuk permintaan Ah-Ri tersebut. Jang Nok Young
sekarang menjabat sebagai Kepala Shaman. Dia meminta Ah-Ri untuk menceritakan
siapa anak yang harus ia lindungi dengan hidupnya.
“Ah-Ri
beri tahu aku, siapa anak yang harus aku lindungi”. Pinta Jang Nok Young pada
Ah-Ri
Keesoka
harinya, Ratu Han pergi menemui Ratu Yoon (ibu mertuanya / ibu suri) untuk
mendiskusikan masa depan Putri Min-Hwa karna ia terlihat tidak begitu matang. Tetapi
Ratu Yoon meyakinkan bahwa Putri Min-Hwa akan memiliki teman-teman sesusianya
dan hal itu akan meningkatkan kemajuan bagi dirinya.
Seorang Pelayan datang
untuk memberitahukan bahwa Kepala Shaman Nok Young berserta rombongannya telah
tiba di Istana. Jang Nok Young dibawa melalui tandu.
Ratu
Yoon menginginkan agar Shaman Nok Young melihat wajah kedua gadis yang dipilih
untuk menjadi teman bermain Min Hwa sekaligus gurunya. Selain itu mereka tidak
pernah tahu jika istri dimasa Depan untuk Putra Mahkota ada diantara mereka. Dan
kemungkinan salah satu dari mereka akan menjadi Permaisuri Raja berikutnya.
Jang
Nok Young turun dari tandunya bersamaan dengan dua orang gadis yang juga keluar
dari tandu mereka. Ketika Yeon Woo melangkah keluar. Nok Young menatap Yeon Woo
dan tiba-tiba ia terdiam.
Nok
Young mengingat kata-kata terakhir Ah-Ri yang mengatakan bahwa akan ada seorang
anak yang lahir untuk melindungi matahari, bahkan jika dia terlalu dekat akan
dihancurkan oleh matahari. Jang Nok Kyung melihat energi tersebut yang berada
ditubuh Yeon Woo, dimana memungkinan ia mengerti apa yang dimaksud Ah-Ri
“mengubah matahari”.
“Walaupun
berada dekat dengan matahari akan mendatangkan bencana, namun takdirnya adalah
berada di sisi matahari dan melindunginya. Tolong pastikan agar anak itu aman.
Jaga dia demi aku”. Jang Nok Young mengingat kata-kata dari Ah-Ri.
Yeon
Woo tersenyum saat menatap istana, dan Bo Kyung juga turut keluar dari tandunya
belakangan. Jang Nok Young melihat sebuah energi gelap pada Bo Kyung.
Bo
Kyung tersenyum saat keluar dan ketika menatap Yeon Woo, ia menyadari bahwa
mereka pernah saling bertemu. Dan Bo Kyung menjadi masam.
Jang Nok Young membeku
saat ia melihat di hadapannya. “ itu adalah Dua bulan”. Gumam Jang Nok dalam
hati.
^^ Bersambung di episode 3 ^^
0 komentar:
Posting Komentar